Foto-Foto Tempat Bersejarah


TUGU BANDAYUDA

Pada tahun 1948 Di wilayah kaki Gunung Slamet tepatnya di Banyumas Pada Kecamatan Cilongok, Desa Gununglurah, menyimpan banyak histori perjuangan masyarakat setelah kemerdekaan Indonesia dalam melawan Belanda. Walaupun pada saat itu Indonesia telah merdeka , Belanda  masih melakukan patroli ke berbagai desa Salah satunya desa Gununglurah sehingga masyarakat desa tersebut  merasa khawatir.

Pada saat warga melakukan aktifitas bertani, mereka  melihat ada banyak tentara Belanda yang tengah melintas jembatan gantung yang dilalui rel kereta api menuju desa Gunung Lurah. Kemudian para Petani lari pulang untuk melaporkan kepada tentara yang berada di Markas Kompi  jika ada tentara Belanda ingin masuk ke desa Gunung Lurah.

Kemudian setelah mendapatkan laporan dari warga, para pejuang yang berada di Gunung Lurah kemudian bersiap untuk menyambut kedatangan dua regu pasukan Belanda yang sedang berpatroli. Seluruh tentara sebanyak 250 Orang yang dipimpin oleh Komandan Kompi Poedjadi kemudian bersiap menyergap pasukan Belanda ditengah sawah. Beliau menggunakan taktik tapel kuda yaitu menjaring pasukan belanda supaya terkepung dan tidak bisa berkutik.

Komandan Kompi Poedjadi mempunyai peci berwarna merah hasil dari tirakat di Bandayuda. Konon, peci merah tersebut digunakan untuk memberikan instruksi kepada tentara untuk melawan pasukan Belanda. Jika peci bergerak kearah kanan maka tentara Indonesia yang berada di sebelah kanan akan melakukan baku tembak untuk menyerang Belanda begitupun sebaliknya jika peci bergerak kearah sebelah kiri.

Akhirnya pasukan belanda dapat dikalahkan dan disisakan empat orang untuk membawa Jenasah pasukan Belanda yang telah kalah dalam peperangan yang kemudian dimasukkan ke dalam kereta.

Maka tempat terjadinya perang tersebut dibangunlah suatu tugu sebagai tanda perjuangan Komandan Kompi Poedjadi dalam melawan  pasukan Belanda. Tugu tersebut dinamakan Monumen Palagan Poedjadi Djaring Bandajoeda.

 

<<Halaman Sebelumnya