#SejarahMasaKerajaan



 

Sejarah Kabupaten Banyumas selalu berkaitan dengan keberadaan kadipaten Wirasaba Yang sudah dimulai pada masa pemerintahan Girindrawardhana Dyah Ranawijaya atau Brawijaya V yang bertahta di akhir keuasaan kerajaan Majapahit. Perang saudara memperebutkan tahta Majapahit berakhir dengan perpecahan persaudaraan. Banyak kerabat dari Brawijaya V yang merasa terancam jika harus tinggal di sekitar kerajaan yang berpusat di Daha (Kediri) akhirnya harus mengungsi ke daerah Barat. Sehingga daerah yang kelak menjadi Mataram Islam merupakan daerah pelarian para keluarga Brawijaya IV

  • Masa Majapahit

Dikisahkan pada babad Banyumas bahwa Wirasaba merupakan wilayah kekuasaan di wilayah lembah sungai Serayu yang tertua yang pernah tercatat. Dimana para penguasa masih merupakan keturunan dari Kerajaan Majapahit dan Pajajaran. Adipati pertama kadipaten Wirasaba adalah R. Ad. Wirahudaya yang berasal dari Paguwan (timur sungai Banjaran barat grumbul Purwakerta). Bupati selanjutnya adalah turun-temurun trah Wirasaba R. Kaduhu yang masih berdarah Majapahit dan Pakuan Prahyangan yang bergelar Ad. Wirautama I.

Berikut adalah urutan Adipati Wirasaba sebelum era Pajang :

  1. Ad. Wirautama I yang bernama kecil R. Kaduhu

  2. Ad. Wirautama II yang bernama kecil R. Joko Hurang

  3. Ad. Wirautama III yang bernama kecil R. Surawin

  4. Ad. Surahutama yang bernama kecil R. Kambangan

  • Masa Pajang

Pada masa Pajang yang diperintah oleh sultan Hadiwijaya wilayah Wirasaba masuk wilayah Pajang. Ada kejadian besar yang tercatat oleh ingatan masyarakat Banyumas raya dimana Adipati Wirasaba ke enam yaitu Raden Adipati Wargahutama I telah diminta oleh sultan Hadiwijaya untuk menyerahkan pelara-lara (gadis remaja untuk dijadikan selir sultan). Adipati menyerahkan putrinya yang sebenarnya sudah menikah dengan putra demang Toyareka namun karena tidak suka mereka telah berpisah sejak lama. Demang Toyareka yang mendengar bekas menantunya dibawa menjadi pelara-lara, merasa sakit hati dan menyusul untuk memprotes tindakan adipati Wirasaba kepada sang Sultan. Sementara sang adipati telah kembali melalui jalan selatan, Sultan Hadiwijaya mendengarkan keberatan demang Toyareka, sehingga dengan tergesa-gesa menyuruh beberapa orang prajurit Gandek untuk membunuh Adipati Wargahutama I. Sementara putri sang adipati juga telah memberikan penjelasan meskipun telah menikah namun sang putri masih perawan karena belum pernah bergaul dengan suaminya. Prajurit yang diberi perintah telah bisa menyusul adipati di desa Bener dan langsung membunuhnya. Kejadian ini membuat Sultan Hadiwijaya menyesal telah tergesa-gesa mengambil keputusan untuk memberikan perintah membunuh Adipati Wargahutama I. Dalam suasana duka, Sultan kemudian memerintahkan kepada keturunan Adipati untuk menghadap di Pajang, karena suasana yang tidak menentu terkait informasi undangan itu. Maka berangkatlah putra menantu sang adipati yang bernama Jaka Khaiman menghadap mewakili keluarga adipati.

  • Adipati Wargahutama II

Karena keberaniannya Jaka Khaiman dan rasa penyesalannya yang dirasakan Sultan Pajang atas terbunuhnya Adipati Wargahutama. Sultan langsung mengangkat Jaka Khaiman menjadi bupati bergelar Adipati Wargahutama II, namun sebagai anak menantu beliau ingin juga berbagi dengan saudara tirinya yang merupakan putra pewaris Wirasaba dengan cara membagi Wirasaba menjadi empat. Jaka Khaiman mendapat bagiannya yang kemudian menjadi cikal bakal kabupaten Banyumas yang berpusat di Kejawar. Adipati juga dikenal sebagai Adipati Mrapat karena beliaulah tokoh dibalik terbaginya Wirasaba menjadi empat bagian.

  • Masa pemerintahan Kyai Raden Ngabei Mertasura

Penggantinya adalah putra keduanya yang bernama R. Ng. Janah dengan gelar Kyai Raden Ngabei Mertasura atau Adipati Janah. Pada masa pemerintahan adipati daerah Banyumas telah menjadi kekuasaan Mataram Islam karena Pajang telah hancur. Wilayah kadipaten Banyumas menjadi lebih kecil Panjer, Wirasaba, Pasir, Merden dan Dayohluhur, daerah Kuningan yang tadinya masuk wilayah Banyumas kemudian berdiri sendiri dibawah Mataram. Selanjutnya bupati adalah turun temurun ke anak anak dari Adipati Janah; Kj. Ng. Mertasura II yang sebelumnya merupakan Ngabei di Kaligetuk Kj. Ng. Mertayuda yang sebelumnya merupakan Ngabei di Bawang.

  • Masa pemerintahan Raden Tumenggung Yudanegara I

Menggantikan ayahnya menjadi Bupati bergelar Raden Ngabei Maertayuda II namun karena pada awal menjabat juga merupakan masa dimana awal dari pemerintahan Susuhunan Amangkurat I yang bertahta di kraton Plered. Pada masa itu kadipaten-kadipaten pecahan Wirasaba tidak dapat berkembang dengan baik maka wilayahnya kemudian disatukan dengan wilayah Banyumas seperti Banjar, Merden dan Wirasaba. Daerah Banyumas diperluas lagi yaitu Pasir, Ngayah, Merden, Dayohluhur, Galuh, Krawang, Kuningan, Pemalang, Sukapura, Manonjaya, Banjar, Panjer dan Kalapanunggal. Oleh karena itu adipati mendapat gelar Kyai Raden Adipati Yudanegara I dari Amangkurat I yang meninggal di desa Wanayasa Banyumas. Sebagai Wadono Bupati kemudian dinikahkan juga dengan putrinya yang ke ke 14 dari Amangkurat I dari istri Kanjeng Putri Ratu Kencana bernama Raden Ayu Bendara dan berhak menggunakan Songsong Jene ketika menghadap raja pada Grebeg Besar dan Maulud Setelah Amangkurat I meninggal kemudian putranya menggantikan ayahnya bergelar Amangkurat II pada tahun 1677, dan tahun 1680 memindahkan kraton Ke Kartasura. Pada tahun yang sama terjadi perang antara Kartasura (Amangkurat II) dengan kraton Plered yang dikuasai oleh pangeran Puger adiknya sendiri. Sepeninggal ayahnya Amangkurat III berkuasa selama dua tahun, pada waktu grebeg pertama Susuhunan menjabat para adipati datang untuk menyerahkan hulubekti dan silaturahmi. Namun pada saat itulah istri yang merupakan putri Amangkurat I atau bibi dari Amangkurat III mengadukan ketidak adilan Yudanegara I karena merasa tidak diperhatikan. Sehingga Amangkurat III memberikan hukuman penggal di Masjid kraton Surakarta, sehingga sang adipati juga disebut sebagai Tumenggung Seda Masjid atau Tumenggung Kokum (terhukum) setelahnya. Selanjutnya bupati yang menjabat adalah bupati yang ditempatkan oleh Amangkurat III yang berasal dari Kartasura R. Tm. Surodipuro yang hanya menjabat selama 3 tahun karena tidak setia terhadap Pangeran Puger (Pakubuwono I) yang merupakan paman Amangkurat III.

  • Masa pemerintahan Raden Adipati Yudanegara II

Pada masa kecil bernama Raden Bagus Mali Gandakusuma dan ketia diangkat menjadi bupati bergelar Kyai Raden Adipati Yudanegara II yang sejak remaja telah mengabdi pada Amangkurat II. Pada masa pemerintahannya pusat kabupaten dipindahkan ke Geger Duren dekat dengan desa Menganti. Ditempat yang baru dibangun pendopo untuk bertemu dengan masyarakatnya dan juga sebuah ruangan paringgitan untuk menempatkan dan memainkan gamelan. Sebelah selatan kota Banyumas yang merupakan lembah sungai Serayu terdapat sebuah rawa bernama Rawa Tembelang yang lumayan luas dan pada tahun pertama menjabat bupati telah memerintahkan untuk membangun sebuah sungai buatan “Gawe” untuk mengeringkan dan dijadikan area persawahan. Pada masa jabatannya telah terjadi pergantian susuhunan dari Pakubuwana I ke Amangkurat IV dan juga ke Pakubuwana II. Pada masa pemerintahan Susuhunan Pakubuwana II ini lah terjadi peristiwa besar Geger Pacinan. Pakubuwana II juga merupakan Susuhunan Mataram terakhir yang kemudian menjadi Susuhunan Surakarta pertama setelah membangun kraton yang baru bernama Surakarta. Adipati meninggal di pendopo setelah kepulangannya dari Kartosura, beliau telah melarikan diri dari peperangan besar Geger Pacinan yang didukung oleh Pakubuwana II. Kepergiannya kemudian menyebabkan Banyumas dijabat oleh seorang bupati dari Kartosuro yang juga merupakan menantunya. Namun Raden Tumenggung Reksoprojo hanya menjabat selama 6 tahun, kemudian diberhentikan oleh Pakubuwana III yang berpihak pada VOC, karena Bupati tidak bisa menjamin logistik untuk tentara VOC yang tinggal di Banyumas.

  • Masa pemerintahan Raden Adipati Yudanegara III

Setelah RT Reksoprojo diberhentikan maka beberapa pangeran dari Surakarta mengusulkan untuk mengembalikan jabatan bupati di Banyumas ke trah Banyumas. Sebenarnya Yudanegara II telah mempersipkan Raden Bagus Konting Mertawijaya yang juga pernah menjadi Mantri Anom di Kartosura dan bersama dengan Mangkubumi (adik Pakubuwana II) memerangi pangeran Sambernyawa atau Raden Mas Said (sisa-sisa pemberontakan Geger pacinan) yang kelak menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I. Raden Bagus Konting Mertawijaya dan Pangeran Mangkubumi yang kecewa karena Pakubuwana II mengawali pemberontakan yang disebut perang Mangkubumen yang berlangsung selam 9 tahun dari tahun 1746 hingga 1755, dari Pakubuwana II hingga Pakubuwana III. Namun pada tahun 1749 Raden Bagus Konting Mertawijaya telah diangkat oleh Pakubuwana II menjadi Bupati dengan gelar Raden Adipati Yudanegara III. Masa pemerintahannya sangat singkat hanya 6 tahun dan perjanjian Giyanti mengakhiri perang Mangkubumen. Perjanjian mengisyaratkan Pangeran Mangkubumi menjadi Sultan Hamengkubuwana I sebagai sultan Mataram. Perjanjian ini mengakibatkan wilayah Banyumas masuk ke wilayah Surakarta dan sedangkan Raden Adipati Yudanegara III kemudian diangkat oleh Sultan Hamengkubuwana I sebagai patih Yogyakarta bergelar Patih Danureja I.

  • Masa pemerintahan Raden Adipati Yudanegara IV

Pengganti Yudanegara III adalah putra sulung dari ibu Nyai Mas Ajeng Kamasan yaitu Raden Bagus Nganten Gandakusuma bergelar Raden Adipati Yudanegara IV. Pengangkatan adipati diaksanakan setahun setelah perjanjian Giyanti. Dimana Perjanjian ini juga mulai mengatur pengangkatan adipati di seluruh wilayah Surakarta dan Yogyakarta. Untuk pertama kalinya pengangkatan bupati di Banyumas membutuhkan surat penetapan (Besluit) dari Gubernur Jendral VOC Jacob Mossel di Batavia. Dua tahun setalah perjanjian Giyanti ternyata pihak Pangeran Mas Said merasa dihianati oleh Hamengkubuwana I sehingga harus mengadakan perjanjian Salatiga yang mengisyaratkan berdirinya Kadipaten Mangkunegara dan menjadikannya Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I sebagai Adipati pertamanya. Bupati selanjutnya adalah Raden Tumenggung Toyakusuma atau Tumenggung Kemong dari lingkungan Mangkunegaran yang menjabat selama 8 tahun dan diberhentikan oleh Susuhunan Pakubuwana IV.

  • Masa pemerintahan Raden Adipati Yudanegara V

Waktu kecil bernama Raden Bagus Gondokusuma adalah bupati yang menjabat pada masa pemerintahan Inggris di Jawa dengan gubernur Jenderal Sir Stamford Raffles (1811 - 1816). Sebuah peristiwa menyebabkan Raden Adipati dipanggil ke Surakarta dan tidak diperkenankan kembali lagi ke Banyumas sebagai Bupati. Peristiwa ini berawal mula ketika Raffles melakukan perjalanan ke Banyumas, Raden Adipati dengan sadar telah mengajukan permintaan kepadanya agar wilayah Banyumas bisa lepas dan berdiri sendiri dari Kasunanan Surakarta. Raffles berjanji untuk menyampaikan dan mempertimbangkannya dengan Susuhunan. Dengan diberhentikannya Yudanegara V maka di Banyumas terjadi kekosongan bupati, dan ternyata Susuhunan tidak mengijinkan keturunan Raden Adipati untuk menjabat sebagai Bupati utama di Banyumas. Susuhunan memecah Banyumas menjadi dua kepemimpinan yaitu Banyumas Kasepuhan dan Banyumas Kanoman yang masing-masing dipimpin oleh Wedana Bupati. Wedana Bupati Kesepuhan diangkatlah R. Ngabei Tjakrawedana dengan gelar Raden Tumenggung Tjakrawedana dan kemudian hari begelar Raden Adipati Tjakrawedana, yang tidak lain adalah menantu dari Yudanegara IV (ipar R. Ad. Yudanegara V) dan merupakan putra patih Kasunanan Surakarta R. Ad. Tjakranegara. Sedangkan Wedana Bupati Kanoman dijabat oleh Raden Adipati Bratadiningrat bergelar R Adipati Mertadiredja I yang merupakan cucu dari R. Tmg. Yudanegara III (Knj. Ad. Danuredjo I). Para Wedana Adipati ini membawahi beberapa wilayah yang dipimpin oleh seorang Tumenggung Kliwon.

Raden Adipati Tjakrawedana

Wilayah kekuasaan Wedana Kesepuhan adalah :

- Adiredja yang dipimpin oleh RT Dipayuda IV yang sebelumnya menjabat sebagai Bupati Anom di Purbalingga.

- Adipala yang dijabat oleh R. Ng. Kertapradja.

- Purwokerto yang dijabat oleh R. Ng. Tjokrodiredjo

- Sebagian kabupaten Panjer (Kebumen) dengan Tumenggung Kliwon R. Ng. Reksapradja

- Sebagian kabupaten Banjarnegara dengan Tumenggung Kliwon R. Ng Ranudiredjo

Raden Adipati Bratadiningrat

Wilayah kekuasaan Wedana kanoman adalah:

- Purbalingga dengan Tumenggung Kliwon RT Dipokusumo

- Sokaraja dengan Tumenggung Kliwon R Ng Kertadiredja

- Sebagian dengan Tumenggung Kliwon kabupaten Panjer (Kebumen)

- Sebagian dengan Tumenggung Kliwon kabupaten Banjarnegara